Prasangka dan
diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak
diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang
bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka
menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks
rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau
ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini
terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa
pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak
toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok
etnis mana individu tergolong.
Menurut Gordon
Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka :
a.
Pendekatan Historis
Pendekatan ini didasarkan atas
teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang
tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas
rendah.
b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya
prasangka,yang dapat di bagi menjadi:
1. Mobilitas sosial
2. Konflik antar kelompok
3. Stigma perkantoran
4. Sosialisasi
c. Pendekatan
kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab
prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller).
Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya
tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang
disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi)
d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana
individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang
menyebabkan prasangka.
e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka,
dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan
dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan
interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi
setidaknya empat syarat berikut:
1. Adanya dukungan sosial dan institusional
Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa
pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam
posisibisa memberi sanksi.
2. Ada
potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal
secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka
.Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan
adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna
antar anggota kelompok yang berkaitan.
3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak
yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka
interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka.
4. Adanya
kerjasama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar